This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 12 April 2013

Tafsir Pembebasan


Judul                           : Tafsir Pembebasan  Metode Interpretasi Ala Farid Esac
Pengarang                   : Ahmala Arifin, M. Ag
Tahun                          : 2011
Penerbit                       : Aura Pustaka, Yogyakarta
Tebal Buku                  : xii + 124 halaman
ISB                              : 978-602-99690-0-9
Ahmad Arifin dilahirakan di Sumenep pada 11 Januari 1976. Menyelesaikan pendidikannya di SD Cangkreng Lenteng (1989), MTs An-Nuqoyah Guluk-Guluk Sumenep (1992), MAN PK Jember (1995), S1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001 dan S2 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2006). Semasa kuliyah selain aktif di organisasi intra kampus, juga aktif di organisasi ekstra kampus seperti PMII dan IPPNU Yogyakarta. Disela-sela kesibukannya, ia juga aktif menulis di berbagai jurnal kampus dan media masa. Salah satu karyanya pada saat ini adalah “Tafsir Pembebasan, Metode Interpretasi Progresif Ala Farid Esack”. Latar belakang penerbitan buku ini berawal dari karya tesis 2006 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun untuk kepentingan penerbitan sehingga karya tersebut dalam bentuk buku.
Didalam buku ini panulis mengupas tentang pemikiran dan perjuangan Farid Esack, seorang intelektual aktivis antiapartheid muslim Afrika Selatan,  yang merasakan betul apa artinya sengsara dan terhina. Atas tanggung jawabnya sebagai orang yang beriman, ia menafsirkan teks-teks al-Qur’an sebagai bagian terpenting dalam teologi islam. Ia mencoba mendiskusikan bagaimana teks ilahiyah itu harus ditafsirkan sedemikian rupa sehingga menjadi pendorong spirit pembebasan. Ia berupaya memberikan muatan revolusioner dalam penafsirannya. Penafsiran yang dilakukannya tidak hanya berangkat dari teks itu sendiri, melainkan juga dari konteks kesejarahan yang mengelilingi diri dan masyarakatnya.
Selain itu, didalam buku ini penulis juga memaparkan berbagai tema seperti problem metodologis pemahaman al-Qur’an yang meliputi hermeunitika al-Qur’an kontemporer, al-Qur’an dan konteks realitas, taqwa dan tauhid sebagai pradigma pemahaman, dan selektivitas dalam pembacaan al-Qur’an. Kemudian tema-tema pembebasan dalam al-Qur’an yang meliputi peristiwa eksodus (hijrah) nabi Musa sebagai model pembebasan, konsep-konsep al-Qur’an tentang pembebasan serta etika religius, dan makna teologi secara praksis.
Disamping isinya yang sangat relevan dengan kehidupan sekrang, buku ini di kemas dengan menggunakan bahasa yang sederhana, dan kalimat-kalimat yang mudah dipahami sehingga sangat cocok bagi kaum cendikiawan muda seperti mahasiswa dan mahasiswi. Buku ini juga di lengkapi dengan bagian footer (catatan kaki) yang sangat membantu dalam pencernaan makna dan maksud dari setiap paragraf yang tertuang didalam buku ini.
Buku ini sangat efektif bagi siapa saja yang ingin memperkaya diri akan ilmu dan pengetahuan serta konsep-konsep hidup.
Untuk menikmati isi yang indah dari buku ini alangkah baiknya pembaca ikut serta membeli buku ini sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa dan sebagai aset bagi generasi selanjutnya.

Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran


Resensi Buku : Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran
Judul Buku           :  Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran
Penyunting           :  Ismid Hadad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, Ismet Nasir dan Daniel Dhakidae
Penerbit                :  Pustaka LP3ES Indonesia
Terbit                    :  VII, Mei 2005
Tebal                    :  xx+385 halaman                               
Menurut Harsja W Bachtiar, para mahasiswa merupakan suatu golongan yang boleh dikatakan baru di Indonesia tetapi dalam sejarah perkembangannya yang masih amat singkat, banyak sekali yang telah terjadi sebagai akibat kegiatan atau tindakan-tindakan mereka. Banyak dari mahasiswa dari pemuda-pemudi Indonesia (yang menjadi mahasiswa di lembaga-lembaga pendidikan tinggi) ini ikut serta menjalankan peranan penting dalam gerakan politik yang akhirnya menyebabkan kehancuran struktur masyarakat jajahan.
Para mahasiswa dan pemuda inilah yang pertama-tama bertekad untuk mempersatukan seluruh penduduk pribumi di kepulauan kita ini sebagai satu bangsa, Bangsa Indonesia., yang bertanah air satu, Kepulauan Indonesia dan yang berbahasa satu Bahasa Indonesia. Sejarah kemudian memperlihatkan bahwa tindakan pemuda-pemudi ini sangat berarti dan amat banyak pengaruhnya pada perkembangan masyarakat Indonesia.
Meskipun para mahasiswa merupakan golongan yang amat penting, golongan pada pertengahan tahun 1960-an ikut menjalankan peranan yang amat besar dalam meruntuhkan Orde Lama yang dipimpin Presiden Soekarno dan membangun Orde Baru yang dalam masyarakat kita yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, namun dalam keberjalanan pemerintahan Soeharto, pemuda-pemudi Indonesia harus bersatu padu lagi, menelanjangi dan membongkar kebusukan-kebusukan era Soeharto sehingga beliau harus turun dari pemerintahan.
Di antara para mahasiswa ini terdapat pemuda Soe Hok GieIa adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan bercita-cita besar tak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang banyak terutama kaum terpinggirkan. Ia rajin mencatat apa yang dialaminya, apa yang dipikirkannya. Dengan perantaraan catatan-catatan hariannya, kita dapat memperoleh pengetahuan mengenai kehidupan dan tindakan para mahasiswa dengan berbagai permasalahan yang dihadapi mereka. Dengan berbagai pertimbangan, buku hariannya itu kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran, pada Mei 1983.
Di zaman Gie, kampus menjadi ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang atau mendukung pemerintahan Bung Karno. Sepanjang 1966-1969, Gie berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Uniknya ia tak pernah menjadi anggota KAMI, organisasi yang menjadi lokomotif politik angkatan 66. Gie lebih banyak berjuang lewat tulisan.
Kritiknya pada Orde Lama dan Presiden Soekarno digelar terbuka lewat diskusi maupun tulisan di media massa. Ketika pemerintahan Soekarno ditumbangkan gerakan mahasiswa Angkatan 66, Gie tidak lantas mau mendukung pemerintahan Orde Baru. Gie memilih menyepi ke puncak-puncak gunung bersama teman-temannya.
Gie mencintai gunung dan alam bebas. Puisi-puisinya banyak berkisah tentang kecintaannya terhadap pendakian gunung. Di puncak gunung juga salah satu pendiri Mapala UI ini menghadap penciptanya. 16 Desember 1969, di tengah kabut tebal puncak Gunung Semeru, sehari sebelum ulangtahun Gie ke-27, Gie dan Idhan Lubis meninggal  karena menghirup gas beracun. Teman-teman Gie yang ikut mendaki saat itu adalah : Anton Wiyana, A. Rahman, Freddy Lasut, Idhan Lubis, Herman Lantang, Rudy Badil, Aristides Katoppo.
Buku Catatan Seorang Demonstran terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Kata pengantar dan bagian I
menceritakan pandangan orang lain tentang diri Soe Hok Gie (untuk selanjutnya disingkat SHG), seperti Harsja W Bachtiar (Dekan Fakultas Sastra UI semasa SHG menjadi mahasiswa), Arief Budiman (abang kandung SHG) dan tulisan Daniel Dhakidae yang mengenal SHG lewat karya-karyanya.  Di bagian ini, Arief Budiman menceritakan pembicaraan dia dengan adiknya Gie, sebelum Gie meninggal : “Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan semakin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan, Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian.
Seorang teman dari Amerika menjawab keluhannya, “Gie, seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian, selalu. Mula-mula kau membantu menggulingkan suatu kekuasaan yang korup untuk menegakkan kekuasaan lain yang lebih bersih. Tapi sesudah kekuasaan baru ini berkuasa, orang seperti kau akan terasing lagi dan akan terlempar dari sistem kekuasaan. Ini akan terjadi terus menerus. Bersedialah menerima nasib ini, kalau kau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka : sendirian, kesepian, dan penderitaan.
Di tengah-tengah pertentangan politik agama, kepentingan golongan, ia tegak berdiri di atas prinsip perikemanusiaan dan keadilan dan secara jujur dan berani menyampaikan kritik-kritik atas dasar prinsip-prinsip itu demi kemajuan bangsa. Karena itu kami mendukung dan akan meneruskan cita-cita dan ide-idenya”  ujar Harsya W. Bachtiar
Bagian II
merupakan catatan harian Gie sendiri mulai dari 4 Maret 957 hingga 8 Desember 1969. Catatan ini dibagi menjadi enam episode, yaitu Masa Kecil, Di ambang remaja, dan lahirnya seorang aktivis merupakan latar belakang kejiwaan Soe Hok Gie
Bagian III
dimulai dari 24 Februari 1968 meliputi perjalanan ke Amerika, politik pesta dan cinta, serta akhirnya mencari makna merupakan catatan pengalaman sehari-hari yang melukiskan peristiwa, pendapat, gejolak perasaan dalam lika-liku hidupnya sebagai seorang pemuda yang tak lepas dari kegembiraan,kesedihan,benci, cinta dan kecewa.
Catatan Seorang Demonstran, 
sebuah buku tentang pergolakan pemikiran seorang pemuda, Soe Hok Gie. Dengan detail menunjukkan luasnya minat Gie, mulai dari persoalan sosial politik Indonesia modern, hingga masalah kecil hubungan manusia dengan hewan peliharaan. Gie adalah seorang anak muda yang dengan setia mencatat perbincangan terbuka dengan dirinya sendiri, membawa kita pada berbagai kontradiksi dalam dirinya, dengan kekuatan bahasa yang mirip dengan saat membaca karya sastra Mochtar Lubis.
Dia banyak menulis kritik yang keras di media massa seperti koran, bahkan kadang dengan menyebut personal (tidak menyamarkan nama). Dia pernah mendapat surat kaleng yang memaki-maki dia “Cina yang tidak tahu diri, sebaiknya pulang ke negerimu saja”. Gie bukanlah stereotipe tokoh panutan atau pahlawan yang kita kenal di negeri ini. Ia adalah pecinta kalangan yang terkalahkan dan mungkin ia ingin tetap bertahan menjadi pahlawan yang terkalahkan, dan ia mati muda.
Apa yang ditulisnya (baik atau tidak, benar atau salah) adalah apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan oleh seorang pemuda, seorang terpelajar yang mencoba bertindak adil dalam pemikiran maupun perbuatan. Jika ingin memperoleh pengetahuan, gambaran, kesan-kesan mengenai kehidupan para pemuda atau para mahasiswa Indonesia, catatan Soe Hok Gie merupakan perwujudan kenyataan dari kehidupan sebagian dari mereka. Gie adalah sebuah potret pemuda Indonesia pada sebuah masa yang berani mengambil sikap. Kecaman yang dilontarkan Gie dilancarkan atas pemikiran yang jujur, atas dasar itikad baik. Ia tidak selalu benar, tapi selalu jujur.Terlepas dari sisi kontroversialnya yang terlalu banyak mengkritik, tapi enggan untuk bergabung dalam sistem, ada hal yang patut diapresiasi dan diperjuangkan di masa kini dan nanti. Agar apa yang diperjuangkannya dahulu, tidak sia-sia.
Berbahagialah generasi kini yang dapat menimba hikmah dari berbagai bentuk peninggalan maupun penerbitan bahan sejarah di dalam negeri!

Islamku, Islam Anda, dan Islam Kita

RESUME BUKU ISLAMKU ISLAM ANDA ISLAM KITA
Nampaknya sosok Abdurahman Wahid (Gus Dur) memang tidak bisa dilepaskan dari soal peace and struggle justice. Usaha untuk perdamaian dan memperjuangkan keadilan seakan menjadi ruh Gus Dur kapanpun, dimanapun, tak terkecuali hampir dalam semua tulisanya. Seperti dalam buku "Islamku Islam anda Islam Kita", hampir disetiap lembar buku (tema) selalu menyuguhkan perjuangan akan keadilan.
Gus Dur adalah seorang intelektual muslim yang mendunia, namun berasal dari kultur tradisi yang kuat. Pandangannya tentang berbagai pesoalan, selalu dinilai dengan universalisme Islam. Gus Dur memaknai hal tersebut dengan perspektif penolakannya terhadap formalisasi agama, ideologisasi, atau syari‘atisasi Islam. Penolakan demikian karena term tesebut, justru akan mengabaikan pluralitas masyarakat yang berakhir pada menguatnya tindakan diskriminasi dan penindasan dalam kelas-kelas sosial. Ini terlihat dalam teks “Islam: Ideologis ataukah Kultural?” (h.42-62).
Gus Dur juga menolak wacana negara Islam atau menjadikan Islam sebagai dasar negara. Sikap ini dilandasi dengan pandangan bahwa Islam sebagai jalan hidup tidak memiliki konsep jelas tentang negara. Pandangan Gus Dur dipertegas dalam artikelnya di buku ini “Negara Islam, Adakah Konsepnya?” (h.81). Pertama, Islam tidak memiliki pandangan jelas tentang pergantian pemimpin, karena masing-masing dari Khulafaur Rasyidin memiliki karakteristik berbeda. Abu Bakar dipilih melalui sumpah setia (baiat) dari perwakilan suku. Sebelum beliau meninggal, menyatakan untuk mengangkat Umar Bin Khattab. Intinya Umar menjabat karena penunjukan pengganti seperti presiden menunjuk wakilnya sebagai pengganti. Setelah Umar memimpin sekian lama dan berakhir usianya, beliau mengamanatkan untuk membentuk dewan perwakilan yang terdiri dari sahabat-sahabat mulia. Akhirnya, Utsman Bin Affan dipilih oleh tujuh orang anggota dewan tersebut. Untuk selanjutnya, pergolakan muncul di masa pengangkatan Ali sebagai khalifah (h.82). Dan, Alasan kedua yang dipaparkan Gus Dur untuk menolak konsepsi negara Islam adalah ketidakjelasan ukuran negara yang diidealisasikan oleh Islam. Apakah model negara mendunia, atau negara bangsa, atau hanya negara kota.
Menurut M. Syafii Anwar dalam pengantarnya berpendapat bahwa dari pandangan di atas, Gus Dur setidaknya mengikuti tipologi berfikir substantif-inklusif dalam menguraikan gagasan-gagasan politik Islam. Pemikiran ini ditandai dengan keyakinan bahwa al-Quran adalah kitab yang benar tentang aspek moral untuk kehidupan, bukan detail pembahasan obyek permasalahan kehidupan. Artinya, Islam memuat ajaran moral untuk menegakkan keadilan, kebebasan, kesetaraan, demokrasi, tetapi tidak memberikan panduan moral intuk mendirikan negara. Kedua, pemikirannya selalu berpijak pada persepsi bahwa Nabi Muhammad diutus bukan untuk membentuk negara, melainkan mengajarkan nilai-nilai universal, yaitu pada prinsip keadilan, perdamaian, dan persatuan sesama manusia.
Pemikiran tersebut akan berhadapan dengan corak pemikiran legal-eksklusif yang berpandangan bahwa Islam bukan sekedar agama, tetapi juga sebuah sistem hukum yang lengkap, yang mengklasifikasikan konsep Islam dengan 3D; din, daulah, dunya (agama, negara, dunia). Implikasinya, muncul paradigma untuk memformulasikan Islam dari tingkat negara sampai pada individu dalam bentuk konstitusi, semacam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Akhirnya, langkah ini akan disusul dengan memperkuat identitas dan ideologinya dengan model ritual simbolik, bahkan cenderung pada model pemaksaan. Pada aspek kekerasan inilah Gus Dur tanpa memandang korban manapun, akan berada di garis terdepan memberikan pembelaan kendati terbaring sakit.
Buku yang disunting oleh Suaedy, Rumadi, Gamal Ferdhi, dan Agus Maftuh Abegebriel dari berbagai artikel Gus Dur di media massa ini, setidaknya menjadi cermin pengembaraan intelektual Gus Dur dari masa ke masa. Hal demikian juga diakui pengantar buku, Syafii Anwar (h.viii). “Islamku” yang dijadikan tajuk awal dari buku ini merupakan penggambaran tersendiri tentang pengalaman spiritual yang dialami Gus Dur selama ini. Dari pola radikal ikhwanul muslimin yang diikutinya sampai di Jombang Jawa Timur, tertarik nasionalisme Arab di Mesir dan Irak, sampai berlabuh pada ekletisrme yang bersifat kosmopolitan.
Namun pengalaman yang didapatkan oleh seorang Gus Dur tidak ingin dipaksakan untuk ditiru orang lain, karena beliau mengakui bahwa masing-masing individu memiliki pengalaman dan refleksi tersendiri, dan harus dihargai. Untuk itulah muncul istilah “Islam Anda”. Dan, perpaduan “Islamku, Islam Anda” yang memiliki cara pandang berbeda sekaligus standar kebenaran yang berbeda, menjadikan Gus Dur ingin merumuskan “Islam Kita”, yaitu Islam yang tidak saling memaksakan penafsiran kebenarannya kepada orang lain atau komunitas selainnya.
Buku ini terdiri dari tujuh bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang Islam dalam diskursus ideologi, kutural, dan gerakan. Sejumlah gagasan yang menolak konsepsi negara islam, formalisasi syariat dalam konstitusi negara, sampai pada pertemuan agama sebagai ideologi, dituangkan Gus Dur dalam bab ini, yang terangkai dari delapan belas artikel seri dan terpisah.
Pada bagian kedua, terangkum dalam topik Islam, negara, dan kepemimpinan umat. Bahasa dominan dalam bab ini lebih menitik beratkan pada dimensi moral dogma normatif Islam dalam sistem kehidupan manusia. Satu titik sentral adalah penekanan pada aspek keadilan. Apa yang dikemukakan di bagian tesebut, semakin diperjelas dalam bagian selanjutnya, yaitu tentang Islam, keadilan, dan hak asasi manusia.
Sejumlah gagasan tetang relasi Islam dan ekonomi kerakyatan termasuk aspek pendidikan dan masalah-masalah sosial budaya, dibahas dalam bagian yag beruntun pada bagian empat dan lima. Dari sini pula, Gus Dur memberikan komentar tentang terorisma yang berlangsung di Indonesia. Gus Dur memberikan kritik terhadap terorisme berkenaan dengan pendangkalan terhadap dogma normatif agama Islam, terutama berkaitan dengan dalil “besikap keras terhadap orang kafir bersikap lembut terhadap sesama muslim“(Q.S, al-Fath :29) sebagai tanda muslim yang baik. Padahal, kekerasan individual apapun dilarang Tuhan, selain ketika muslim diusir dari wilayahnya.(h.300). ini sesungguhnya prinsip keislaman Gus Dur, menolak semua jenis kekerasaan itu tanpa pandang asal apapun.
Dengan pola pemikiran tersebut, bagian akhir buku ini menyodorkan gagasan Gus Dur tentang Islam dan masalah global dunia yang mengakhiri refleksi intelektualitas pemikiran Gus Dur yang mendunia, meski berasal dari kaum bersarung, yakni tradisional NU. Dan ini menjadi point bagaimana membangun model keberagamaan yang toleran dalam perbedaan.

Pengurus BEM UNISDA 2013-2014



STRUKTUR PENGURUS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
MASA BHAKTI 2013-2014

BADAN PENGURUS HARIAN (BPH)
JABATAN
  NAMA
NIM
REKOMENDASI
KETUA UMUM
: EDI SUPADELI
09331729
MAHASISWA
SEKRETARIS UMUM
: BODING M. TADJUDDIN
2009934
UKM. IKS.PI KS
BENDAHARA UMUM
: ALIFAH PUTRI FEBRIYANTI
10331836
HMJ B. INGGRIS
KETUA I
: SHOLIKIN
09200305
BPM FAPERTA
SEKRETARIS I
: FAKHRUDDIN YUSUF
2010980
BEM FAI
BENDAHARA II
: M. KHOIRUL ZAMRONI
2010973
PKPT IPNU
KETUA II
: ZAINUT TAUHID AHMAD
10321450
HMJ PBSI
SEKRETARIS II
: AHMAD RUDI CAHYONO
12620188
BEM FISIP
BENDAHARA II
: AHMAD SIHABUDDIN
10402658
HMJ MANAJEMEN

DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
DEPARTEMEN KADERISASI
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Phebri Nugroho Tri M.
09321280
UKM. KSR-PMI
Anggota
Ahmad Asroril Fawaid
10331889
KETUM TERPILIH
Anggota
M. Firdaus
11610102
BEM FISIP
Anggota
Friendki Kristian
09101780
BPM F. HUKUM
Anggota
Shahaby Chifdzillah
10101820
BEM F. HUKUM
Anggota
Hariono
10321411
UKM. PRAMUKA
Anggota
Shultoni Kharis
11410851
UKM. KOPMA
Anggota
Miftakhul Faizin
11321620
UKM. MENWA
Anggota
M. Yusuf
09311075
PKPT IPNU
DEPARTEMEN PENGEMBANGAN ORGANISASI
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Julianto
09331716
UKM. PSNU PN
Anggota
Wahid Hasyim
09101802
BPM F. HUKUM
Anggota
Sudiro
10402613
UKM. BOLA
Anggota
Moh. Maftuh
11311444
UKM. KI
Anggota
Mukhamad Sholikhan
11311384
UKM. PSHT
Anggota
Ahmad Muzakin
10321420
UKM. GEMMA
Anggota
Sumantri
12520300
BEM F. TEKNIK
Anggota
Eko Prasetyo
10410705
HMJ AKUNTANSI
Anggota
Miftachul Machmud
11402666
BPM FE
DEPARTEMEN AGAMA
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Arianto
2009924
BEM FAI
Anggota
Ahmad Syaifuddin
10331813
UKM. STNK
Anggota
Suparman
20109
BPM FAI
Anggota
Al Sahuddin
11402652
BPM FE
Anggota
Bukhori
020111054
BPM FAI
Anggota
Fatimatus Sholichah
10331872
AL-KHIDMAH
Anggota
Ahmad Ilham

BPM FAPERTA
Anggota
Agus Tri

BPM FAPERTA
Anggota
Faridah
10331832
KETUM TERPILIH
Anggota
Ahmad David
11510201
HMJ ARSITEKTUR
DEPARTEMEN MINAT BAKAT
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Agung Suprayitno
09321381
UKM. STNK
Anggota
Ahmad Abu Hasan
10200330
UKM.IKS.PI KS
Anggota
Teddy Winarno
10331904
UKM. GEMMA
Anggota
Eka Sunatra Ali Fuji
11410840
UKM. BOLA
Anggota
Ilyas Duwi Amelia
12321750
UKM. PSHT
Anggota
Nurul Idhawati
10321417
UKM. MAHAPALA GS
Anggota
Deni Pranata
10321492
HMJ PBSI
Anggota
Sunis Kusmiawati
12321687
UKM. GELANGGANG
Anggota
M. Subhki
10402653
KETUM TERPILIH
DEPARTEMEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Iswanto
09402441
HMJ MANAJEMEN
Anggota
Rokimin
10321475
UKM. PSNU PN
Anggota
Ahmad Muhaimin
11520272
UKM. MAHAPALA GS
Anggota
Ahmad Jumali
11311425
HMJ MATEMATIKA
Anggota
Dwi Kristianto
10402677
BEM FE
Anggota
Abdullah Fahmi
10331930
HMJ B. INGGRIS
Anggota
Eko Adi Saputra
09321275
KETUM TERPILIH
Anggota
Kurnia Widiastutik Kartini
10410727
HMJ AKUNTANSI
Anggota
Luluk Dianah
11321574
UKM. GELANGGANG
Anggota
Mohammad Ali Mahfud
11510214
HMJ ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Riyan Aris Saputro
09200311
BEM FAPERTA
Anggota
Tsalitsatul Maulidah
10321422
UKM. MENWA
Anggota
Agus Budianto
11311373
UKM. SSC
Anggota
Moh. Ya’kub
10211208
HMJ MATEMATIKA
Anggota
Rizal Alif Maulana
10321477
KETUM TERPILIH
Anggota
Muhammad Fathoni
112011478
BEM F. MIPA
Anggota
Arofatin Asnita
01051093
BEM F. TEKNIK
Anggota
Ahmad Syafii
11311398
UKM. SSC
Anggota
Endang Kurniawati
2010979
PKPT IPPNU
DEPARTEMEN GENDER
JABATAN
NAMA
NIM
REKOMENDASI
Koordinator
Nining Nur Indah Sari
09331724
UKM. KSR-PMI
Anggota
Siti Nuriyati
10331809
UKM. KI
Anggota
Ririn Novitasari
10101819
BEM F. HUKUM
Anggota
Diana Sofi
10410765
BEM FE
Anggota
Durotul Fatimah
10311206
UKM. PRAMUKA
Anggota
Dewi Rabi’atul Adawiyah
09331782
AL-KHIDMAH
Anggota
Nur Kholida Noviyati
11311374
PKPT IPPNU
Anggota
Wiwin Kurniati
12011491
BEM F. MIPA
Anggota
Fajrin Hudaifatun
10321496
KETUM TERPILIH
Anggota
Silviyana Anggraeni
11402678
UKM. KOPMA